Laman

Minggu, 12 April 2015

Tipes, Penyebab dan Pengobatannya

Pada artikel berikut dipaparkan mengenai pengertian tipes, penyebab dan pengobatannya, baik secara medis dengan menggunakan antibiotik, maupun dengan obat tradisional. Situs Farmakoterapi.com memaparkannya dengan jelas dan tuntas.
Penyakit tipes, yang dikenal pula dengan nama demam tifoid, adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella enterica subsp. enterica sevovar Typhi.
Tipes atau demam tifoid berbeda dengan penyakit demam paratifoid. Pada penyakit demam paratifoid, bakteri yang menjadi penyebabnya adalah Salmonella enterica subspesies enterica S. paratyphi A, S. paratyphi B, dan S. paratyphi C. Penyakit tipes atau demam tifoid harus juga dibedakan dari istilah typhus, karena penyakit typhus ini bersumber dari infeksi oleh bakteri Rickettsia.
Penularan penyakit tipes melalui makanan yang terkontaminasi feses penderita tipes. Oleh karena itu untuk mencegahnya, diperlukan sanitasi yang baik. Vaksinasi dapat mencegah tipes dengan tingkat perlindungan hingga 50 – 80 %.
Gejala penyakit tipes dibagi dalam beberapa tahap, tiap tahap berlangsung sekitar seminggu bila tidak diobati. Pada minggu pertama, gejala tipes meliputi kenaikan temperatur tubuh yang tidak terlalu tinggi, malaise, sakit kepala, dan batuk. Pada sebagian kasus dapat pula terjadi mimisan (epistaksis) dan nyeri abdomen. Pada tahap ini terjadi penurunan jumlah sel darah putih (lekosit), kultur darah yang positif terhadap Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi, sedangkan tes Widal masih negatif dalam tahap ini.
Pada minggu kedua infeksi, demamnya meningkat hingga 40 °C, disertai bradikardi, nyeri abdomen, serta delirium. Terdapat bintik-bintik merah pada dada dan abdomen. Diare dapat terjadi pada tahap ini. Limfa dan hepar membesar, terjadi peningkatan jumlah enzim transaminase. Tes Widal dan kultur darah menunjukkan hasil positif. Gejala umum pada tipes tahap ini adalah demam yang muncul pada sore hari.
Gejala tipes pada minggu ketiga adalah terjadinya komplikasi seperti pendarahan usus, perforasi usus, enchepalitis, serta abses metastatik. Demam masih tinggi, terjadi dehidrasi, dan pasien mengalami delirium. Jumlah platelet (trombosit) menurun, sehingga risiko pendarahan meningkat. Sedangkan gejala tipes pada minggu ketiga hingga minggu terakhir ditandai dengan berkurangnya demam.
Obat penyakit tipes pada umumnya adalah antibiotik serta rehidrasi atau mengembalikan keseimbangan cairan pasien. Rehidrasi dapat dilakukan dengan memberikan cairan Oralit secara oral atau dapat pula digunakan cairan infus secara intravena hingga tercapai keseimbangan cairan pasien. Beberapa antibiotik dapat digunakan sebagai obat penyakit tipes, diantaranya adalah ciprofloxacin, ceftriaxone. cefotaxime, cefixime, ampisilin, kloramfenikol, trimethoprim-sulfametoksazol, serta amoxicillin.
Ciprofloxacin adalah antibiotik yang dapat digunakan untuk mengobati tipes. Obat ini tergolong antibiotika fluorokuinolon generasi kedua. Mekanisme kerjanya adalah dengan cara menghambat pembentukan DNA sel bakteri, sehingga pembelahan sel bakteri terganggu. Wanita hamil yang menderita tipes, sebaiknya tidak menggunakan ciprofloxacin, oleh karena obat tipes ini mempengaruhi perkembangan janin. Ciprofloxacin juga sebaiknya tidak digunakan selama masa menyusui karena terdapat pada ASI. Anak-anak yang terkena tipes juga tidak boleh menggunakan obat ini karena ciprofloxacin menyebabkan kecacatan permanen pada sistem otot dan rangka anak. Sehingga disimpulkan bahwa ciprofloxacin hanya boleh digunakan pada orang dewasa, tidak sedang hamil atau menyusui.
Obat tipes lainnya adalah antibiotika sefalosporin generasi ketiga, misalnya ceftriaxone dan cefotaxime. Obat ini digunakan secara parenteral sebagai pilihan pertama untuk mengobati tipes. Untuk pilihan obat per oral, dapat digunakan Cefixime. Obat tipes ini bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel bakteri. Wanita hamil, menyusui, dan anak-anak dapat menggunakan ceftriaxone, cefotaxime, dan cefixime sebagai obat tipes.
Amoxicillin dapat pula dijadikan alternatif antibiotika untuk penyakit tipes, bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel bakteri. Amoxicillin aman digunakan oleh wanita hamil, menyusui, dan anak-anak. Selain amoxicillin, antibiotika alternatif lainnya adalah kloramfenikol. Kloramfenikol membunuh bakteri tipes dengan cara berikatan dengan subunit 50S pada ribosom, sehingga menghambat sintesis protein bakteri. Namun wanita hamil dan menyusui sebaiknya tidak menggunakan kloramfenikol sebagai obat tipes. Pada anak-anak yang menderita tipes, kloramfenikol hanya digunakan sebagai antibiotika alternatif.
Obat tipes tradisional yang lazim digunakan di masyarakat adalah cacing jenis Lumbricus rubellus, beberapa penelitian menunjukkan bahwa ekstrak cacing ini menghambat pertumbuhan Salmonella typhisecara in vitro. Akan tetapi Purwitanto dkk gagal membuktikan efek obat tipes tradisional ini terhadap kesembuhan penyakit tipes pasien. Selain cacing, obat tipes tradisional lainnya adalah buah sawo muda, mentimun, kunyit, dan temu lawak. Obat-obat tipes tradisional tersebut tentunya harus digunakan sebagai terapi komplementer atau pelengkap terapi standar. Terapi standar tipes dengan antibiotik dan rehidrasi harus didahulukan karena sudah evidence based, sedangkan obat tipes tradisional boleh digunakan sebagai pelengkap.
Referensi:
Lozano R, Naghavi M, Foreman K, Lim S, Shibuya K, Aboyans V, Abraham J, Adair T, Aggarwal R, Ahn SY, dkk., 2012, Global and regional mortality from 235 causes of death for 20 age groups in 1990 and 2010: a systematic analysis for the Global Burden of Disease Study 2010, Lancet 380 (9859): 2095–128.
Purwitanto P, Datau EA, Nugroho A, 2013, The effect of Lumbricus rubellus  in treatment of patient with typhoid fever, J Indon Med Assoc 63: 58-62.
Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar