’’Masuk rumah sakit menderita demam berdarah, keluar malah sakit tifus’’.
Sering muncul olok-olok yang berkaitan dengan seseorang yang semula dirawat di rumah sakit karena menderita penyakit demam berdarah, sewaktu pulang justru menderita penyakit demam tifoid (tifus). Bahkan banyak orang yang merasa tidak pernah mengalami sesesuatu penyakit, tiba-tiba menderita kolera berat, hanya beberapa hari setelah menunggui anggota keluarganya di rumah sakit.
Banyak contoh dapat dikemukakan, seseorang yang berkunjung ke rumah sakit, atau penderita yang baru dirawat inap di rumah sakit, kemudian mengidap sesuatu penyakit infeksi lain. Meskipun demikian, hal yang sama dapat dialami oleh dokter maupun petugas lain. Mereka menderita penyakit infeksi ’’nosokomial’ atau ’’infeksi rumah sakit’’. Infeksi nosokomial saat ini merupakan problem kesehatan masyarakat serius. Tulisan ini lebih menekankan pada upaya peningkatan (promotif) dan pencegahan (preventif).
Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit. Istilah yang bernada olok-olok yaitu, ’’infeksi rumah sakit’’, atau infeksi yang didapat dari rumah sakit. Nosokomial berasal dari kata Yunani nosocomium, yang berarti rumah sakit. Maka, kata nosokomial artinya “yang berasal dari rumah sakit”. Sementara kata infeksi cukup jelas artinya, yaitu terkena hama penyakit.Rumah sakit selain untuk mencari kesembuhan, juga merupakan ’’depot’’ bagi berbagai macam penyakit, yang berasal dari penderita maupun dari pengunjung yang berstatus karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan berkembang di lingkungan itu, seperti; udara, air, lantai, makanan dan benda-benda peralatan medis maupun non medis. Dari lingkungan, kuman dapat sampai ke tenaga kerja, penderita baru ini disebut infeksi nosokomial.
Semaksimal mungkin setiap rumah sakit mengupayakan pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu untuk mencegah hal tersebut. Rumah sakit mempunyai prosedur pelayanan kesehatan yang menjadi acuan dalam mencegah kemungkinan untuk terjadinya infeksi di rumah sakit. Upaya tersebut diantaranya higienitas atau penerapan pola kebersihan lingkungan dan perawatan pasien, pasien menular terpisah dengan pasien tidak menular, prosedur perawatan untuk pasien khusus, misalnya pasien yang sedang mengalami penurunan kekebalan atau rentan terhadap penyebaran bibit penyakit dengan penggunaan masker dan sarung tangan. Apabila perawatan dan pengobatan yang dilakukan telah sesuai dengan prosedur yang benar maka terjadinya infeksi nosokomial, sebagai risiko yang tidak bisa diperkirakan.
Seperti diketahui, hama penyakit dibagi dalam empat kelompok besar, yaitu virus, bakteri (kuman), fungi (cendawan atau jamur), dan parasit (pelbagai cacing, protozoa, antara lain plasmodium penyebab malaria).
Dari keempat kelompok hama penyakit ini, virus dan bakteri merupakan penyebab infeksi nosokomial yang paling potensial dan paling berbahaya. Sedangkan dari kelompok fungi, golongan Candida - khususnya Candida albicans dan golongan Aspergillus, dapat pula menimbulkan infeksi nosokomial terutama pada penderita yang menerima terapi antibiotik jangka panjang untuk mengatasi infeksi bakteri, atau penderita gangguan imunitas.
Infeksi ini sebenarnya bukan barang baru. Menjelang paruh kedua abad XIX Ignaz Phillip Semmelweis, seorang dokter ahli kebidanan di Wina, Austria, telah mengamati 30% dari para ibu yang melahirkan di rumah sakit menderita demam setelah melahirkan dengan angka kematian sebesar 12,24%. Sedangkan mereka yang melahirkan di rumah sendiri umumnya tidak terserang demam demikian.
Semmelweis melihat pula bahwa para dokter muda yang memeriksa para ibu tersebut di rumah sakit umumnya tidak mencuci tangannya sebelum melakukan pemeriksaan. Ketika kemudian salah seorang dokter itu meninggal karena demam setelah tangannya terluka akibat terkena pisau bedah, Semmelweis menyimpulkan demam pada para ibu yang melahirkan itu akibat sepsis dan dapat menular.
Kemudian ia mewajibkan para dokter yang akan memeriksa pasien agar terlebih dahulu mencuci tangan mereka dengan cairan kaporit. Dengan cara ini angka kematian para ibu yang melahirkan di rumah sakit dapat diturunkan sampai 1,27%.
Akhirnya, pada tahun 1865 Lister menerapkan cara untuk mencegah terjadinya infeksi yakni dengan jalan membersihkan luka, perban, dan peralatan bedah dengan cairan asam karbol. Cara yang dilakukannya ini didasarkan pada penemuan Louis Pasteur bahwa peragian dan pembusukan terjadi akibat kontak jasad renik dengan bahan organik. Cara ini kemudian dinamakan cara antisepsis, yaitu membunuh jasad renik penyebab penyakit yang terdapat pada luka atau peralatan yang digunakan.
Superbakteri
Namun, lebih dari seratus tahun setelah Lister menggunakan cara antisepsis dan asepsis di dalam pekerjaannya di rumah sakit, infeksi nosokomial masih merupakan penyakit yang mengganggu perawatan penderita di rumah sakit.Untuk mengatasi, seorang penderita dilakukan pengobatan standar sama seperti pada penyakit infeksi biasa, yaitu dengan menggunakan antibiotik yang dapat melawan jenis jasad renik penyebab infeksi. Meskipun begitu kasus infeksi nosokomial yang ditemukan sekarang masih tetap banyak. Mengapa hal demikian dapat terjadi ?
Sebelum era antibiotik, lebih dari 50 tahun yang lalu, para penderita penyakit infeksi yang dirawat di rumah sakit adalah mereka yang terserang jasad renik patogen, karena adanya sumbatan pada saluran kemih atau saluran pernapasan. Mereka memiliki ketahanan tubuh yang normal, dan dapat hidup berdampingan atau bersimbiosis secara komensal dengan jasad renik oportunis atau jasad renik patogen potensial tanpa menderita infeksi.
Sejak penggunaan antibiotik dalam pengobatan infeksi, bahaya infeksi oleh jasad renik patogen sangat berkurang. Lambat laun tipe penderita yang dirawat di rumah sakit berubah karena banyak jenis penyakit berat yang dulu tidak dapat diobati dengan baik secara medis maupun melalui pembedahan, sehingga dapat ditolong.
Selain itu, infeksi nosokomial menjadi ancaman besar terhadap kesehatan karena sekarang banyak ditemukan bakteri yang resisten (kebal) terhadap pelbagai jenis antibiotik. Dalam hal ini bakteri akan membentuk mutan (bakteri yang bermutasi dan mempunyai sifat-sifat baru) yang juga kebal terhadap gempuran antibiotika tertentu.
Para ahli yakin, suatu saat akan terbentuk bakteri super yang tidak dapat dilawan dengan antibiotik apa pun. Superbakteri ini mungkin dari jenis Enterococcus. Saat ini saja sudah ada sekitar 20 persen infeksi bakteri ini yang ditemukan di rumah sakit di Amerika Serikat dan sudah kebal terhadap antibiotika yang spesifik. Jumlah ini diperkirakan meningkat setiap tahun.
Pertukaran plasmid (bahan genetik dalam sel bakteri) resisten di antara aneka jenis bakteri mudah sekali terjadi karena bakteri-bakteri ini selalu hidup berdampingan pada kulit atau saluran cerna manusia, dan selalu terjadi interaksi antara bakteri aneka jenis. Dengan timbulnya resistensi terhadap antibiotik pada bakteri opotunis ini, pengobatan dengan antibiotik yang tersedia tidak dapat diandalkan lagi dan menjadi tidak efisien.
Infeksi Silang
Di Indonesia diperkirakannya angka kesakitan dan angka kematian karena infeksi nosokomial lebih tinggi, mengingat keadaan rumah sakit dan kesehatan umum belum baik. Infeksi ini bisa berupa :- Infeksi silang (cross infection). Hal ini disebabkan oleh kuman yang didapat dari orang / penderita lain di rumah sakit secara langsung atau tidak langsung.
- Infeksi lingkungan (environmental infection). Disebabkan oleh kuman berasal dari benda atau bahan tak bernyawa yang berada di lingkungan rumah sakit.
- Infeksi sendiri (self infection, auto infection). Disebabkan oleh kuman dari penderita itu sendiri yang berpindah tempat dari satu jaringan ke jaringan lain.
Infeksi nosokomial terjadi karena hasil interaksi antara agen (penyebab) yaitu kuman, host, dalam hal ini manusia, dan environment (lingkungan) disertai mata rantai penularan (mode of transmission).
Mencegah Infeksi
Karena itu, upaya yang harus dikedepankan adalah meningkatkan daya tahan tubuh. Pola hidup yang sehat mampu me-ningkatkan daya tahan tubuh. Makan secara teratur dengan makanan yang bergizi dan seimbang, melakukan aktivitas fisik atau olahraga yang teratur dan terukur, serta cukup istirahat.Semua tenaga yang bekerja di rumah sakit, dapat ikut serta mencegah menjalarnya dan meningkatnya infeksi nosokomial dengan secara disiplin dan sesuai standar perawatan selalu memperhatikan kebersihan tangan, pakaian, peralatan, dan segala sesuatu yang dapat membawa bakteri penyebab infeksi pada pasien.
- Jangan lupa mencuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa pasien. Tidak menggunakan satu alat secara berturut-turut pada beberapa pasien tanpa dibersihkan dengan baik lebih dahulu setelah dipakai pada seorang pasien.
- Pengangkutan barang-barang maupun bahan bekas pakai pasien infeksi, harus mengikuti prosedur yang telah ditentukan, tidak asal angkut.
- Memandikan dan membersihkan pasien jangan dianggap pekerjaan rutin yang harus diselesaikan secepatnya, tetapi harus dikerjakan dengan penuh tanggung jawab akan keselamatan pasien terhadap ancaman infeksi nosokomial.
- Untuk mencegah timbulnya resistensi bakteri dan fungi terhadap antibiotik, gunakanlah antibiotik secara bertanggung jawab, hanya terhadap bakteri dan fungi yang rentan, dalam jumlah yang memadai serta di bawah pengawasan dokter. (13)n(19 Februari 2009)
Sumber :
- Prof Dr dr Anies, MKes, PKK, Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Undip, pakar kedokteran lingkungan.
http://www.suaramerdeka.com/smcetak/index.php?fuseaction=beritacetak.detailberitacetak&id_beritacetak=52495
24 Agustus 2009
terimakasih banyak untuk artikel ini, informasi yang bermanfaat.
BalasHapushttp://obattraditional.com/obat-tradisional-penyakit-tipes/
Now we are entering the season of pancaroba, it makes the body will be increasingly vulnerable to attack the disease, as one example of the disease Typhus.
BalasHapusObat Tipes Terbaik